Kita semua tahu musim 2012/2013 lalu bukanlah musim terbaik Real Madrid. Salah satu yang terburuk mungkin.
Optimisme untuk mempertahankan titel Primera Liga ditambah dengan keyakinan akan merebut Copa del Rey dan ambisi untuk -sekali lagi- menguasai eropa menjadi pembicaraan utama di Madrid jauh sebelum kompetisi 2012/20013 bergulir. Tak hanya di Valdebebas, atmosfir serupa juga menyelimuti asa seluruh die-hard fans Madrid, yang dengan bangga menyebut diri mereka Madridista.
Kenyataannya, tak satu gelar pun berhasil digenggam. Barcelona finis di urutan teratas klasemen Primera Liga dan merebut kembali mahkota yang pada musim sebelumnya dicuri dari Camp Nou. Atletico berpesta atas keberhasilan mereka mempermalukan Madrid di Santiago Bernabeu dan membawa pulang Copa del Rey. Terakhir -dan mungkin yang paling menyakitkan- adalah fakta bahwa Real Madrid kembali gagal meraih trofi ke-10 Liga Champions mereka berkat ulah Robert Lewandowski dan rekan-rekannya di Borussia Dortmund.
Harga diri dan mimpi indah itu hancur berkeping-keping. Praktis hanya Supercopa de Espana satu-satunya suvenir yang boleh dibawa pulang Real Madrid dari musim 2012/2013.
Tak mau gagal total lagi, Presiden Real Madrid Florentino Perez menjamin akan ada perubahan di Bernabeu. Evaluasi menyeluruh dilakukan. Penyebab utama kegagalan harus ditemukan. Real Madrid sedang merawat diri mereka sendiri dari pertempuran yang tak pernah mereka menangkan.
Langkah pertama adalah memecat Jose Mourinho. Pelatih yang 'hanya' mampu memberikan Real Madrid tiga gelar; Copa del Rey (2011), Primera Liga (2012) dan Supercopa (2012).
Resolusi Perez selanjutnya adalah mengangkat Zinedine Zidane sebagai Sporting Director Madrid. Zidane yang berstatus sebagai 'orang lama' di Madrid dianggap tahu betul apa yang dibutuhkan klub. Tugas awal Zizou adalah membantu Perez mendatangkan sejumlah wajah baru untuk menyegarkan Madrid. Dan salah satu target utama duet ini adalah Tottenham Hotspurs #11, Gareth Frank Bale.
Bermodalkan uang belanja sebesar 85juta pounds, Florentino Perez membujuk Spurs agar mau melepas Gareth Bale untuk bermain di La Liga. Perez bahkan sempat menyatakan tidak akan keberatan dengan angka berapapun yang diminta Spurs demi kontrak Bale. Perez juga memanfaatkan betul relasi baiknya dengan Chairman Spurs Daniel Levy. Kabarnya, berbagai pertemuan -formal dan informal- telah diadakan di London dan Madrid. Semua demi Gareth Bale.
Hasilnya? Nihil. Sampai dengan artikel ini ditulis, Levy masih enggan melepas pemain bintangnya itu. Alasannya, adalah karena intervensi dari pelatih Spurs Andres Villas Boas. Tampaknya AVB berhasil membujuk bosnya untuk menahan Bale paling tidak semusim lagi dengan ancaman bahwa Spurs tidak akan kompetitif lagi tanpa kehadiran Bale. Satu langkah yang dinilai amat tepat, demi kebaikan Spurs.. dan juga Real Madrid.
Real Madrid tidak membutuhkan Bale
Dengan segala hormat kepada anak muda asal Wales itu, tetapi kedatangan Bale ke Madrid hanya akan memberi dampak negatif dari sisi prestasi. Walaupun Real Madrid tentu akan mendapat banyak dampak positif dari sisi finansial atas investasi mereka kepada Gareth Bale di tahun-tahun yang akan datang.Berikut adalah alasannya,
1. Usia 23 masih jauh dari matang
Ada korelasi kuat antara usia seseorang dan kedewasaannya dalam berpikir dan bertindak. Walaupun teori ini -seperti banyak teori lainnya- bersifat tidak absolut.
Real Madrid jelas berbeda dengan Tottenham Hotspurs. Saat satu pemain berada di sebuah klub yang sangat bernafsu untuk mengembalikan dominasinya di kompetisi domestik dan eropa, maka tekanan adalah teman baiknya. Dia akan hadir selalu menemani pemain malang itu, sejak pagi hingga malam. Setia di sisinya bahkan saat hari libur.
Gareth Bale bisa saja mengalahkan siapapun saat sprint. Memberi passing kepada rekan di ujung jauh lapangan. Memutar, mencari celah dan menghindari tackle lawan. Mencetak gol melalui kaki, kepala dan bahkan tumitnya. Tapi urusan menghadapi tekanan bukanlah perkara yang bisa dilatih di gym atau training camp. Ketahanan terhadap tekanan adalah kemampuan seorang pemain untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya di lapangan, tak peduli besarnya ekspektasi yang melekat pada dirinya. Jelas bahwa Bale belum teruji dalam hal ini
2. Madrid tidak butuh tambahan anak emas
Real Madrid adalah Cristiano Ronaldo. Mungkin sedikit berlebihan, tapi fakta berbicara atas namanya sendiri. Ronaldo sukses menjadi anak emas di Madrid. Terlebih saat masih ditangani oleh The Happy One Jose Mourinho. Sepertinya sistem permainan sengaja dibangun untuk memaksimalkan kinerja Ronaldo. Sisi positifnya adalah Ronaldo mampu membuktikan kapabilitasnya. CR7 kini menjelma menjadi kartu as Madrid.
Yang perlu menjadi perhatian adalah Real Madrid tidak rugi memaksa Ronaldo bermain hampir di setiap laga di semua kompetisi. Kehadiran Ronaldo di lapangan berbanding lurus dengan persentase kemenangan Madrid.
Melihat karakter Florentino Perez sebagai big boss di Bernabeu, bukan tidak mungkin Perez akan memaksakan Bale untuk berpartisipasi bersama bintang Madrid lainnya. Walaupun itu berarti memodifikasi skema permainan yang sudah ada dan berjalan baik demi memamerkan Bale, terlepas dari baik-buruknya performa Bale sendiri. Demi Real Madrid dan sepakbola, semoga saja hal ini tidak terjadi.
3. Tidak ada ruang untuk Bale
Penasaran kenapa Ronaldo selalu dipasang di sektor kiri Real Madrid? Jawabannya ada di kaki kanan winger asal Portugal itu. Cristiano Ronaldo terkenal sangat senang melakukan cut-inside dari kiri yang berarti mengandalkan kaki kanannya untuk menghadiahi kiper lawan sebuah bola sekencang 130km/jam.
Dengan posisi left winger sudah otomatis menjadi milik Ronaldo, maka sah bila dibilang tidak ada lagi tempat di sektor kiri Madrid.
Memposisikan Bale di sisi kanan bukanlah opsi. Bale tidak optimal bila dipasang di sisi yang berseberangan dengan sisi favoritnya. Dan sangat naif apabila mengorbankan Ronaldo dengan menjadikannya right winger hanya agar Bale mendapat satu tempat di starting XI Madrid.
Kemungkinan lain adalah memplot Bale sebagai free role di belakang striker utama. Spurs sudah mencobanya dan hasilnya cukup baik. Bila skenario ini dilakukan maka Real Madrid kali ini menjadikan Mesut Ozil sebagai tumbal. Jauh dari ideal.
Gareth Bale bukan jawaban
Gareth Bale tak bisa dipungkiri adalah salah satu atlit dengan karunia bakat bermain sepakbola yang luar biasa. Statistik menunjukkan Bale berhasil mengemas 24 gol dari 41 laga resmi Spurs di semua kompetisi sepanjang musim 2012/2013. Performance rating Bale pun sangat baik, mencapai rata-rata 7.84 per pertandingan. Sebagai komparasi average rating Robin van Persie hanyalah 7.64 per pertandingan dengan 29 gol dari 40 laga resmi bersama Manchester United.
Kontribusi Gareth Bale tidak hanya terbatas pada jumlah gol. Visi dan football IQ yang dimiliki Bale mampu menebar teror bagi tim lawan. Sangat layak bila Gareth Bale dianugerahi penghargaan sebagai Pemain Muda Terbaik sekaligus Pemain Terbaik oleh PFA dan Footballer of The Year versi FWA, semua pada musim 2012/2013 lalu.
Akan tetapi, dalam sepakbola kita bisa mengatakan statistik dan deretan penghargaan satu pemain bukanlah jaminan. Jangan lupakan, tim juara terdiri dari 11 pemain dan 1 pelatih yang berjuang bersama demi satu tujuan. Kolektivitas adalah hal mutlak dalam mencari kemenangan. Gareth Bale adalah pemain hebat tapi bukan jawaban yang dicari Real Madrid.
Hala Madrid!